Stop Bullying! Kemana aja selama ini?

Minggu, 09 Agustus 2015

Mungkin kalau kalian sering membuka media sosial (pasti sering sih) pasti kata-kata macam stop bullying itu sering terlihat. Aneh ya, kejadian ini kan udah lama, tapi baru aja terangkat bahkan jadi trending topic. Kemana aja selama ini? Tapi ya udah jadi kebiasaan sih, menyesal dulu baru tau. Tunggu jatuh korban dulu baru peduli (yah walau korbannya udah gak keitung lagi sih). Agak memuakkan juga ya.

 

Bullying (bahasa Indonesianya penindasan) adalah penggunaan kekerasan, ancaman, atau paksaan untuk menyalahgunakan atau mengintimidasi orang lain. Perilaku ini dapat menjadi suatu kebiasaan dan melibatkan ketidakseimbangan kekuasaan sosial atau fisik. Hal ini dapat mencakup pelecehan secara lisan atau ancaman, kekerasan fisik atau paksaan dan dapat diarahkan berulang kali terhadap korban tertentu, mungkin atas dasar ras, agama, gender, seksualitas, atau kemampuan. Tindakan penindasan terdiri atas empat jenis, yaitu secara emosional, fisik, verbal, dan cyber. Budaya penindasan dapat berkembang dimana saja selagi terjadi interaksi antar manusia, dari mulai di sekolah, tempat kerja, rumah tangga, dan lingkungan (cr: Wikipedia). 

Sebagai siswa tentunya kita tau akan hal ini, mungkin sebagai korban, penonton atau bahkan pelaku. Gue gak akan bilang 'stop bullying!' seperti yang digalakkan pemerintah tanpa adanya tindakan nyata, melainkan tolong pikirkan ini. Seandainya orang yang kalian bullying itu depresi atau bunuh diri besar kemungkinan kalian hanya merasa sedih, menyesal, gak ulangi lagi dengan kemungkinan besar akan kalian ulangi lagi (bagi yang gak kapok). Tapi kalau dia bener-bener dendam sama kalian gimana? Sebelumnya gue mau mengklasifikasikan tingkat lelucon yang dianggap bullying menjadi 3, yaitu:

 1. Lelucon dari keluarga


Keluarga bagi rata-rata orang adalah tempat kita bisa memlepas sifat dan kelakuan ajaib kita, tentu lelucon berbau mengejek mereka bisa kita atasi dengan ejekan lain (taopi dengan bahasa yang sopan).

 2. Lelucon dari sahabat


Lelucon yang satu nin pasti akan kita balas dengan brutal betul? Gak ada yang namanya bahasa sopan kalau di keluarga buat sahabat. Hantam aja tuh ejekan. Kocak karena sahabat mengenal kita baik kan?

3. Lelucon dari teman gak akrab


 Nah ini dia yang pokok bahasan gue. Mungkin awalnya kalian ngeliat tingkah si korban ini kocak, gak lazim dan patut diperbincangkan (minjam kata-kata dari saudara pisau). Tapi karena itu kalian jadi sering menemukan keajaiban si korban, memperbincangkan (bener gak sih?), menambah-nambahkannya dan voila. Jadilah seseorang menjadi korban bullying. Awalnya lucu (semua lelucon juga awalnya lucu) tapi makin lama makin kelewatan.

Gue mau curhat, di kelas gw ada orang yang sering di-bully. Sebenernya ada aja kok kasus dimana dia mukul orang yang nge-bully dia (bahkan ampe berdarah) tapi begonya mereka malah gak peduli (gue gak akan heran kalau mendegar mereka ada di rumah sakit nanti). Mungkin bagi mereka itu lucu (sometimes, I think it's funny too) tapi kalau terlalu sering dengan orang yang sama dan bahan ejekan yang sama pula, gue pikir (dan para guru pun demikian) dia bakal meledak. Mukulin semua orang tanpa pandang bulu (dan hal terkampretnya adalah gue duduk di samping dia). Gue gak peduli kalau dia mukulin yang nge-bully dia, tapi kalau gue yang kena? Apa salah gue (yang cuma sebagai penonton) sampe kena?

Nah, gue gak akan bilang bertobatlah wahai para pelaku (lebih bagus kalau tobat sih) tapi bagi para penonton, tolong jangan menanggapi lelucon orang ter-bully. Maksud gw tuh, jangan nambahin lelucon yang udah ada sehingga makin membuat keadaan lucu (dan menyedihkan bagi si korban). Ketawa aja, nyambut lelucon itu, tapi yang ketawanya gak berhenti-berhenti tolong ubah dikit 'keahlian' kalian itu.

Buat korban? Tolonga jangan pernah memukul para pelaku, itu menyakitkan. Cukup beri mereka risol dengan kalium sianida di dalamnya, selain membalas dendam kalian jadi tau bagaimana detik-detik seseorang sebelum mati Maksud gue ingat aja, karma does exist. Mereka pasti dapat ganjarannya entah dalam waktu dekat atau lama. Doain aja 'semoga dalam waktu yang dekat'

Para pelaku, tolong ingat ini. Kita gak tau kepribadian orang yang kalian bully, bukannya gue mau nakut-nakutin tapi pikirkan kemungkinan terburuknya. Mungkin kebanyakan korban akan diam aja, tapi kalau dia termasuk gila dan akan melakukan apapun agara dendamnya terbalas? Terserah kalian mau berhenti atau tidak, tapi gue gak akan berada di golongan yang mengasihani kalian kalau kalian masuk rumah sakit atau yang paling buruknya dibunuh. Paling gue bersyukur karena populasi manusia di dunia ini berkurang sedikit. Berani berbuat berani bertanggung jawab. Berani bully berani mendapat balasannya.

PS: Gambar di atas gue ambil secara acak dari google, trims buat yang udah upload karena gue gak pusing nyari gambar. Salam!


0 komentar:

Posting Komentar